Mengulik Jejak Islam di Sam Poo Kong

Juli 06, 2017

Semarang merupakan salah satu kota metropolitan urutan ke 5 setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Hampir setiap hari kota yang mendapat julukan sebagai kota Atlas ini tidak pernah tidur dari aktifitas hariannya. Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah ini ternyata memiliki banyak tempat wisata yang bisa kamu jadikan sebagai tujuan wisatamu. Salah satunya adalah wisata religi yang cukup menarik untuk dikunjungi. Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mengenal sejarah tentang peradaban Islam di kota Semarang. Apalagi Pesona Ramadan selalu memberikan rasa yang berbeda di setiap perjalanan.


Dari Wisata Religi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Semarang memiliki sejarah panjang tentang perkembangan Islam di pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya masjid-masjid kuno yang masih berdiri kokoh hingga sekarang ini. Berdasarkan beberapa informasi yang saya ketahui diantaranya adalah Masjid Menara Kampung Melayu, Masjid Agung Semarang dan Masjid Taqwa Sekayu.

Kali ini saya mencoba untuk mengulik tentang wisata religi di daerah Semarang, Jawa Tengah. Bukan, bukan sebuah masjid yang benar-benar masjid, melainkan sebuah bangunan berarsitektur perpaduan antara Budaya China dan Jawa yang dulunya terdapat sebuah masjid atau tempat peribadatan yang dibangun oleh seorang bahariawan Islam dari Tiongkok. Hal ini yang membuat saya penasaran untuk mengetahui sejarah dari masjid tersebut, yakni Klenteng Sam Poo Kong.
Sam Poo Kong merupakan Klenteng besar yang saat ini menjadi tempat ziarah dan pemujaan. Lokasinyapun sangat mudah djangkau, tepatnya berada di Jl. Simongan No.129, Bongsari, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Hal ini yang membuat saya penasaran tentang salah satu tempat wisata religi ini. Yang mana tempat ini dulunya terdapat sebuah masjid yang sekarang digunakan untuk pemujaan oleh masyarakat setempat guna mengenang jasa-jasa sang bahariawan tersebut.

Bangunan masjid tersebut bermula dari kisah seorang bahariawan asal Tiongkok yang beragama Islam. Beliau adalah Laksamana Ceng Ho yang akan menjelajahi beberapa Benua. Dari rasa penasaran itu, saya mencoba untuk menelusuri jejaknya. Banyak yang bilang bahhwa Sam Poo Kong dulunya merupakan sebuah tempat persinggahan pertama Laksamana Ceng Ho beserta awak kapalnya. Sam Poo Kong juga di sebut sebagai Gedung Batu karena berada di sebuah Goa Batu besar di bukit batu. Pada waktu itu ada salah satu awak kapal bernama Wang Jinghong sedang mngalami sakit, sehingga Ceng Ho memutuskan untuk singgah di pesisir pantura Semarang, tepatnya di Simongan, Semarang. Karena Ceng Ho merupakan salah seorang muslim yang taat beragama Islam, akhirnya beliau mendirikan sebuah masjid untuk beribadah.

Diketahui bahwa Simongan dulunya merupakan pesisir pantai, namun karena adanya sedimentasi yang berkelanjutan, sehingga saat ini berubah menjadi daratan yang jauh dari pesisir. Ceng Ho pada waktu itu berlabuh sejenak untuk tinggal beberapa waktu di Gedung Batu dengan alasan tertentu. Setelah beliau tinggal beberapa waktu di tempat tersebut, Ceng Ho memutuskan untuk kembali berlayar dan menjelajah. Namun ada awak kapal dari armada Ceng Ho yang menginginkan untuk tetap tinggal di Gedung Batu dan kemudian menikah dengan masyarakat setempat. Mereka diajarkan cara bertahan hidup dengan bercocok tanam oleh Laksamana Ceng Ho.

Setelah Laksamana Ceng Ho wafat dalam perjalanannya yang terakhir pada tahun 1435 M, Gedung Batu tersebut berubah menjadi sebuah tempat pemujaan kepada Laksamana Ceng Ho sebagai bentuk cara untuk mengenang jasa-jasanya. Selain itu juga dijadikan sebagai tempat wisata religi yang cukup menarik perhatian pengunjung.

Jika dilihat sekarang ini, di sini terdapat beberapa bangunan yang sering dimanfaatkan sebagai background foto oleh para wisatawan. Bangunan utama ialah Klenteng Besar dan Goa Sam Poo Kong. Bangunan ini merupakan bangunan inti dari bangunan lainnya.Yang mana bangunan ini merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di kompleks tersebut.


Jika dilihat dari bentuk bangunannya pun berbeda dengan bangunan yang lainnya. Atapnya yang bersusun tiga merupakan salah satu pembeda di antara bangunan-bangunan yang lain. Di sini juga terdapat patung hewan yang diyakini sebagai penjaga Klenteng dari bencana.

Selain itu, juga terdapat Goa yang dipercaya sebagai petilasan Laksamana Ceng Ho saat tinggal beberapa waktu di sini. Menurut beberapa informasi, Goa asli tersebut sudah runtuh akibat bencana tanah longsor yang terjadi sekitar tahun 1700-an. Dan sekarang ini dibangun kembali sebagai duplikat dari Goa yang pernah dijadikan Laksamana Ceng Ho sebagai tempat beribadah.

Di dinding luar Goa Batu terdapat Diorama yang menceritakan tentang perjalanan Laksamana Ceng Ho pada waktu berlayar. Dinding yang ber-relief itu memiliki panjang sekitar 50 meter.

Beralih ke bangunan yang lain, yakni Klenteng Tho Tee Kong atau Klenteng Dewa Bumi yang terletak di belakang pintu gerbang. Dikalangan masyarakat Tionghoa, Dewa Bumi sangat dihormati dan dipercaya membawa berkah. Banyak masyarakat Tionghoa yang beribadah ke tempat ini agar mendapatkan berkah dan kesuksesan.

Lanjut, beralih ke Makam kyai Jurumudi, yang mana beliau juga beragama Islam. Di dalam bangunan itu sendiri terdapat sebuah makam awak kapal Laksamana Ceng Ho yang bernama Wang Jing hong. Wang Jing Hong merupakan pengemudi kapal Laksamana Ceng Ho pada masa itu.

Bangunan makam inipun berbentuk sederhana dengan atap berlapis dua. Pintu masuknya terletak di tengah dan di kedua sisinya terdapat jendela bundar. Di bawah kedua jendela bundar terdapat lukisan berwarna yang mengisahkan perjalanan pelayaran Laksamana Ceng Ho.

Selain makam Kyai Jurumudi, di sini juga terdapat makam Kyai Tumpeng yang menjadi juru masak Laksamana Ceng Ho pada masa itu. Ada juga makam Kyai Djangkar dan Kyai Tjundrik yang merupakan Pusaka peninggalan Laksamana Ceng Ho.


Rasanya bangga bisa mengenal sejarah peradaban Islam yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho di kota Semarang. Semakin menambah ilmu pengetahuan untuk diri saya pribadi. Klenteng Sam Poo Kong sebuah bangunan yang memiliki sejarah panjang tentang peradaban Islam dan etnis Tionghoa. Sekarang ini Klenteng Sam Poo Kong menjadi tempat Wisata religi yang menarik dan banyak dikunjungi para wisatawan baik dari dalam semarang sendiri maupun dari luar Semarang.

Berwisata sambil belajar mengenal sejarah memang membutuhkan waktu yang cukup lama demi mendapatkan informasi yang baik. Apalagi Jawa Tengah memiliki banyak tempat wisata religi dengan sejarah panjang yang membutuhkan waktu untuk benar-benar mengetahuinya. Selain itu, Jawa Tengah juga memiliki wisata alam, kuliner dan sjarah yang layak untuk dikunjungi. Untuk informasi wisata di daerah Jawa Tengah, kamu bisa akses melalui akun sosmed GenPI Jateng, ada banyak informasi wisata maupun event pariwisata di akun sosmednya. Yuk kepoin sosmednya dan selamat berwisata di Jawa Tengah....

"Tulisan ini diikutan sertakan dalam lomba blog Pesona Ramadan Jawa Tengah yang diadakan oleh GenPI Jateng

You Might Also Like

23 komentar

  1. wah jam berapa? link-nya ada? hahaha

    BalasHapus
  2. Ada kok. Klik aja itu di sidebar blig ini ada kok.

    BalasHapus
  3. eh,,, kudu sepaket sama vlognya ya wkwkwk

    BalasHapus
  4. Aku malah belum pernah ke Sam Poo Kong, padahal sudah ratusan kali melintas, ahaha.
    Sama seperti simpang lima, yang aku belum pernah menginjakkan kaki di dalam bundarannya. Ahahah

    BalasHapus
  5. Hah? Belum Mas? Yawes besuk kalau udah balik ke Semarang, mainlah ke sana. Aku beberapa kali ke sana sih..

    BalasHapus
  6. Beberapa kali ke sam poo kong tp belum melihat dengan jelas, termasuk makam2 dan guanya. Krn harus bayar lagi sih ya masuknya wkwkwk. Bbrp temen yang minya dianterin kesini pun sudah puas hanya sampe pelatarannya saja. Pdhl justru di dalemnya 'roh' sam poo kong itu berada.

    BalasHapus
  7. Karena saking terpukaunya sama Klenteng Sam Poo Kong ya mas buat background selfie hehehe...

    BalasHapus
  8. pernah sekali kesini pas liburan, tapi pas rameeee banget. jepret jepret bentar lgsung caw. kurang pas waktunya, semoga kapan kapan bisa kesini lagi. reviewnya lengkap bgt mas

    BalasHapus
  9. Coba datang lagi kak ke sana, besuk tanggal 21-22 Juli 2017, mumpung ada acara arak-arakan Sam Poo Kong.

    BalasHapus
  10. Asik. aku baru mampir nih. Kalau sampookong diulas tentang jejak ChengHo, panjang banget. Tapi bisa jadi bahan yang menarik tuh Yas

    BalasHapus
  11. Bener banget... Apalagi beliau ini seorang penjelajah di beberapa benua, pastinya bakal ada banyak jejak peninggalannya.

    BalasHapus
  12. Setiap ke Semarang belum juga menginjakkan kaki di sini. Selalu saja berkutat di sekitar Kota Lama dan Lawang Sewu saja. Sepertinya harus diulang lagi. Tulisan yang menarik, Mas :)

    BalasHapus
  13. aku pas ke Sampokong itu kayak orang ilang, berdua sama temenku juga ndak tau apa-apa. mana pas maghrib2 wkwkkw

    BalasHapus
  14. Weh maghribh, maghribh ke Sam Poo Kong? Harusnya pas pagi atau sore gitu kak

    BalasHapus
  15. wihhh keren. Sekoga bisa juga ke sini

    BalasHapus
  16. aku suka loh berkunjung ke tempat ini.. nuansanya dapet banget.

    BalasHapus
  17. Heemh. Asyik buat ambil gambar juga di tempat ini

    BalasHapus