Kirab Budaya Mbah Rogo Moyo (Sang maestro Rumah Adat Kudus)

September 26, 2018


Mbah Rogo Moyo merupakan salah satu prajurit dari Pangeran Diponegoro yang menyebarkan agama Islam dikawasan Kaliwungu, Kudus. Tepatnya di Dukuh Proko Winong, Kaliwungu, Kudus. Beliau datang ke Dukuh Proko Winong sekitar tahun 1800 M. Selama menetap dan menyebarkan agama islam di Dukuh Proko Winong, beliau dikenal sebagai seorang yang ahli di bidang pertukangan.

Keahliannya tersebut kemudian didengar oleh Bupati Kudus Tjandranegara III pada tahun 1819 M. Kemudian beliau diperintahkan dan dipercaya untuk membuat Pendopo Kabupaten Kudus pada waktu itu. Dengan keahliannya dalam bidang pertukangan, akhirnya Mbah Rogo Moyo berhasil membuat pendopo kabupaten Kudus. Dari rancangan bangunan pendopo Kabupaten Kudus itulah tercipta rumah adat kudus dengan sebutan "Joglo Pencu" yang memiliki ciri khas tumpang songo.

Bangunan peninggalan Mbah Rogo Moyo yang sampai sekarang masih bisa dilihat adalah Pendopo Kabupaten Kudus yang masih kokoh berdiri hingga saat ini. Selain itu, ada 2 alat pertukangan berupa siku-siku kayu dan jangka yang terbuat dari besi, juga buku peninggalan beliau yang sampai sekarang belum ada yang bisa mengartikannya.

Kini masyarakat Dukuh Proko Winong mengapresiasinya dengan mengadakan Kirab Budaya, mengenang jasa beliau dengan mengarak miniatur rumah adat Kudus dan gunungan nasi berkah. Juga
beberapa gunungan hasil Bumi. Acara kirab budaya tersebut diadakan setiap setahun sekali pada bulan Muharram atau Asyuro.

Selain Kirab Budaya, acara tersebut juga dilaksanakannya penggantian "Luwur" atau kelambu yang digunakan untuk menutupi makam Mbah Rogo Moyo. Acara Kirab Budaya dimeriahkan dengan beberapa acara seperti pasar malam, lomba-lomba dan do’a  bersama. Peserta Kirab Budaya sendiri terdiri dari warga masyarakat Dukuh Proko Winong, Instansi pendidikan di kawasan Kecamatan  Kaliwungu dan organisasi masyarakat Desa Kaliwungu Kudus.

Acara diawali dengan Kirab mulai dari perempatan tugu Proko Winong kemudian berjalan menuju Makam Mbah Rogo Moyo yang terletak di sebelah barat Dukuh. Siang itu, terik matahari begitu menyengat kulit, Warga dan peserta sudah mulai berkumpul di tugu Winong. Mack up tebal dan pakaian adat khas jawa mendominasi peserta. Beberapa permainan atraksi seperti barongan pun menjadi salah satu rombongan peserta kirab budaya ini.

Banyak warga masyarakat baik dari dalam daerah maupum luar daerah yang juga memenuhi pinggiran jalan, menanti arak-arakan peserta. Anak-anak pun turut mananti d pinggiran jala. Terik matahari siang itu tak mengurangi semangat mereka untuk menanti jalannya arak-arakan. Warga masyarakat begitu antusias menunggu lebih awal agar bisa melihat dari jarak dekat. Tak ketinggalan, mrekapun mengeluarkan gawai mereka untuk mengabadikan gelaran tahunan ini. Pukul 14.45 peserta mula jalan megkuti rute yang sudah ditentukan oleh panitia acara. Setelah sampai di depan panggung kehormatan yang dihadiri oleh Kepala Desa Kaliwungu, Dinas Pariwisata Kaupaten kudus, Duta Wisata, Tokoh Masyarakat dan tamu undangan. Para peserta menampilkan atraksi sesuai tema arak-arakan yang mereka bawakan. Kemudian arak-arakan diarahkan ke Lapangan desa.

Uniknya acara Kirab Budaya ini adalah, adanya nenek-nenek yang ikut serta meramaikan acara kirab dengan menggunakan kostum jawa kuno, Berpakaian putih, dengan kerudung yyang di ikatkan di kepala lengkap dengan nginang yang di makan spanjang jalan.

Selesai Kirab Budaya, acara dilanjutkan dengan pembagian gunungan nasi berkah yg direbutkan oleh warga masyarakat yg memadati area kompleks makam Mbah Rogo Moyo dan jalan di Dukuh Proko Winong Kaliwungu Kudus. Masyarakat tumpah ruah dan saling beradu tenaga demi mendapatkan nasi berkah.

Acara diakhiri dengan do'a dan penyerahan kain luwur oleh Dinas Kebudayaan dan pariwisata kab Kudus kepada pengurus Makam beserta tokoh masyarakat setempat.

Gelaran acara budaya disetiap daerah memang sangat menarik dan diminati oleh masyarakat. Karena dari Kirab Budaya inilah kita tahu beberapa potensi budaya daerah yang sudah jarang dilakukan oleh masyarakat setempat, kini ditampilkan di acara tersebut. Dan dengan acara seperti inilah cara melestarikan budaya.

You Might Also Like

33 komentar

  1. jadi inget udah lama gak main kudus...

    ntabs bosque :D

    BalasHapus
  2. Hayuk nostalgia nang Kudus maneh mas...

    BalasHapus
  3. Gelaran nuansa Budaya dalam sajian Kirab memang selalu menyenangkan untuk disimak. Terlebih buat saya yang menyukai nilai Budaya. Apalagi kalo ada sejarah asal muasal dari kirab itu sendiri . Semakin menyenangkan sekaligus mengandung sisi edukasi.

    Salam. duniaindra.com

    BalasHapus
  4. Acara kirab budaya seperti ini memungkinkan kita melongok sejenak ke masa lalu yang dilakukan di Kudus ya Mas. Ide nenek-nenek dengan baju jawa masa lalu itu keren. Tugas mereka emang memperkenalkan akar budaya kepada generasi muda. Saya sudah beberapa kali ke Kudus tapi sayang tak pernah bertepatan dengan acara seperti ini

    BalasHapus
  5. Nenek nenek aja ikutan kirab lho mas..masak kamu nonton saja mas bro..hahaha

    BalasHapus
  6. Nah gitu loh rajin nulis even bagus di Kudus. Biar kalau nanti kami ke Kudus jadi tahu kapan waktu yang tepat untuk main

    BalasHapus
  7. Aku jadi teringat acara "bukak luwur" makam Sunan Kudus yang diadakan setiap bulan Suro juga. Ternyata di Kaliwungu ada acara yang hampir serupa juga ya Sir. Btw, untuk nasi nya dibungkus pakai daun jati juga gak kaya di Kauman Menara? Dan biasanya isinya olahan daging kerbau yang dimasak manis gitu.

    BalasHapus
  8. Nah itu dia.... Sejarah memang selalu buat penasaran dan membuat banyak orang ingin tahu....

    BalasHapus
  9. Besuk pas acara kirab budaya dalam rangka Hari jadi Kota Kudus datang aja Mbak Evi. Mungkin bulan depan. Itu acaranya menampilkan semua budaya-budaya desa yang sempat punah akan ditampilkan di acara tersebut.

    BalasHapus
  10. Hahaha... Aku ikutan lo mas. Di depan malah hihihi...

    BalasHapus
  11. Siap Mas. Data g pas bulan Asyuro aja. Hampir tiap hari di Kudus ada Kirab Budaya di desa-desa...

    BalasHapus
  12. Iya mas... Kemarin sempet mau dateng pas acara "Buka Luwurnya" Mbah sunan tapi kesiangan. Al hasil ndak jadi.
    Nasinya sama kok, sama-sama dibungkus pakai daun jati yang dikenal dengan sebutan "Nasi Jangkrik" isinya pun sama.

    BalasHapus
  13. Terima kasih atas dukungannya. Ini jadi semangagku buat nulis lagi...

    BalasHapus
  14. Selalu mengapresiasi orang-orang yang melestarikan Budaya sendiri. Supaya tidak lupa asal Dan jati diri. Mearik sekali tulisannya

    BalasHapus
  15. Suka ngeri deh kalau ada rebutan gunungan begitu. Ngeri ada perkelahian atau keinjek aja gitu

    BalasHapus
  16. Kalau perkelahian si enggak, kalau keinjek injek mungkin bisa aja. Tapi alhamdulillah acara lancar tanpa ada insiden seperti itu kak....

    BalasHapus
  17. Wah, Yopi belum pernah main ke Kudus, penasaran sama culture disana, pastinya seru, mengingat sekarang sudah banyak generasi milenials tidak mengetahui sejarah dan asal usul daerah mereka ya.

    BalasHapus
  18. Buka Luwur nya mbah Sunan itu ruaaarr biasa padatnya. Jadi ingat dulu pas tinggal di sana, kalau menjelang buka luwur susah kalau mau kemana-mana. Jalanan Kauman banyak yang ditutup :-D

    BalasHapus
  19. Banyak banget bang Yopi. Kalau mau tahu culture nya Kudus secara keseluruhan. Semuanya ada di acara Kirab Budaya hari jadi kota Kudus. Di sana bakal ditampilkan prosesi2 budaya-budaya lama yang sekarang ini sudah jaramg dilakukan. Hayuk mumpung pas Hari jadi kita Kudus yang ke- 469 Bang....

    BalasHapus
  20. Wah pendoponya awet banget ya, kuat juga barisan grandma ikutan kirab, suka semangatnya..

    BalasHapus
  21. Lihat dari foto-fotonya; kirab ini diikuti segala umur ya? Konon kegiata masyarakat emang sebaiknya yang melibatkan seluruh golongan usia dan strata. SEmoga Kudus bisa rutin menyelenggarakan. Biar rameee...

    BalasHapus
  22. Iya, kuat banget Mbak. Menurut cerita, joglo di Kabupaten diambilkan kayu jati dengan kualitas terbaik. Sama hal nya dengan pada saat pembuatan rumah adat Kudus yang dinamakan Joglo Pencu.

    BalasHapus
  23. Betul banget Mbak. Acaranya memang diikuti oleh semua umr, mulai dari anak-anak TK sampai nenek-nenek dan dari semua strata tanpa pandang bulu.
    Alhamdulillah acaranya berlangsung tiap tahun, senoga terus dikembangkan lagi potensi-potensi budaya yang ada di daerah.

    BalasHapus
  24. Iya Bang. Selalu apresiasi buat mereka yang tetap mempertahankan budaya daerahnya masing-masing...

    BalasHapus
  25. Aku selalu ketinggalan info acara kirab begini, kirab dan gunungan sangat khas jawa sekali semoga tradisi budaya ini selalu terjaga
    Daaan sedihnya aku belum pernah ke kudus😩

    BalasHapus
  26. Ini macem kayak sedekah bumi kl yg pernah aku tau langsung di Sby ya mas. Sebenernya semacam bentuk syukur yang berbalut budaya ya. TFS

    BalasHapus
  27. Nah kalai mau ke Kudus, mungkin cocoknya bulan depan Mbak... Bulan depan kayaknya bakal ada Kirab budaya lagi di Alun-alun Kudus dan bakal nampilin semua budaya yang di punyai oleh Kudus.

    BalasHapus
  28. Iya, hampir mirip sama sedekah bumi. Perbedaannya ada pada arak-arakannya....

    BalasHapus
  29. ijin save gambarnya ya om :)

    BalasHapus
  30. Njih.... Mohon untuk mencantumkan smber foto ya kak semisal di posting ulang....

    BalasHapus
  31. Dukuh Proko Winong itu ke arah mana kalau dari pusat kota Kudus?
    Kirab budaya ini sudah masuk kalender pariwisata kabupatenkah?

    Seru sekali, bisa menikmati dan merasakan pelestarian budaya :)

    BalasHapus
  32. Daerahnya namanya Kaliwungu mas. Lokasinya berada di Kudus bagian barat, berbatasan dengan Jepara.

    Untuk agendanya sendiri sudah masuk dalan kalender Pariwisata Kabupaten.

    Hayuk mas main ke Kudus. Biasanya kalau pas bulan Muharram banyak agenda kirab budaya di desa-desa Wisata yang ada di Kudus.

    BalasHapus