"Mas mboten sekalian teng Kedung Gerimis kalih Kedung Paso? (Mas nggak sekalian ke kedung gerimis dan kedung Paso).
Ungkap Ibu warung (anggap saja Ibu Aminah) di parkiran saat kami menyeruput kopi sambil berdiri #nggak sopan, tepok sendal. Terhenti sejenak, kami saling menatap satu sama lain. Pandangan beralih kepada Bu Aminah semua. Beberapa pertanyaan tentang Kedung Paso dan Kedung Gerimis kami lontarkan ke Bu Aminah sambil menyeruput kembali kopi hangat buatannya. Kami semua penasaran dengan Air Terjun Kedung Paso dan Kedung Gerimis. Selesai ngopi, temen-temen saya tantang untuk ke sana. Aan sebenarnya ragu untuk ikut lanjut ke air terjun tersebut. Karena bujukan maut saya yang membahana, ahirnya ke empat teman saya itu setuju untuk menjelajahi dua air terjun tersebut. Hanya Mas Izza yang enggak setuju untuk ikut. Alasannya, ada acara. Ok lah nggak apa-apa yang penting tetap bisa menjelajahi Kedung Paso dan Kedung Gerimis.
Bu Aminah menjelaskan jalan setapak menuju Air Terjun Kedung Paso dan Kedung Gerimis yang mana dua air terjun ini berada pada satu aliran air. Nggak jauh kok dari Air Terjun Kedung Gender. Ah, semakin mempermudah kami untuk menjelajahinya. Tanpa fikir panjang kami lanjutkan menuju ke Air Terjun Kedung Paso terlebih dahulu.
Kami semua mengikuti jalan setapak yang ditunjukkan oleh Bu Aminah hingga melewati satu air terjun. Kami menebak-nebak apakah itu Kedung Paso Atau Kedung Gerimis karena tidak adanya penunjuk ataupun nama air terjun tersebut. Waktu semakin sore ditambah mendung yang cukup gelap membuat kami harus cepat melangkah. Bonita, Aan, Ipul dan Mario mau berhenti di air terjun itu, namun aku melarangnya dan menyarankan untuk ke air terjun yang berada paling ujung terlebih dahulu. Merekapun ngikut aja hehehe #bagus nak. Tak lama kemudian terlihat beberapa orang berperawakan gempal sedang mendirikan warung tenda yang digunakan untuk berjualan. Saya yakin itu adalah warga sekitar yang ingin mendapatkan peruntungan dengan berjualan di lokasi sekitar air terjun. Sedangkan di ujung sudah terlihat guyuran air yang melimpah. Hah, rasanya adem banget melihatnya.
Di sana sudah terlihat ada beberapa pemuda yang sudah telanjang dada dan siap menceburkan dirinya di kolam air. Saya masih penasaran, ini air terjun apa? Tidak adanya tulisan yang menunjukkan sebuah nama air terjun ini sehingga kami saling bertanya satu sama lain. Karena saya pemberani, sayapun menanyakan ke pemuda yang sudah telanjang dada tersebut."Mas, iki jenenge air terjun opo? (Mas, Ini namanya air terjun apa?) Tanyaku sambil berteriak lantang"
"Kedung Paso Mas. Jawab mereka secara serempak"
Sejenak menoleh ke temen-temen yang lain tiba-tiba, byurrr.... Pandangan kami mengarah ke kolam di bawah guyuran air. Saya fikir apaan gitu, ternyata mas-mas yang telanjang dada itu menceburkan dirinya dengan melompat dari atas batu. Maksud hati ingin ikut menceburkan diri seperti mereka. Tapi apa daya, nggak ada yang setuju untuk menceburkan diri diantara kami. Rasanya seru, apalagi airnya sangat jernih. Ah, mungkin lain kali bisa ke sini lagi. Akhirnya saya gagalkan niat suci untuk bermain air di Kedung Paso.
Ceritanya di postingan selanjutnya, klik di sini