"Saya fikir tak seramai ini lo" Jawab bagus sambil memandangi air terjun Watu Gompeng.
Semenjak postingan beberapa orang di akun Instagram dan Facebook, kini air terjun Watu Gompeng semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal. Entah mengapa akhir-akhir ini Kudus menjadi ramai akan pemberitaan tentang air terjun yang bermunculan. Seperti sebelumnya yakni air terjun Kalibanteng yang juga saya posting di blog ini.
Minggu pagi saya dan Bagus masih bingung mau kemana. Suasana rumah saat itu sepi seperti tak berpenghuni. Sehingga membuat rasa malas di rumah semakin membara. Rasanya kaki ini ingin melangkah tapi hati tak mau karena tak tahu harus kemana. Mencoba melirik akun Instagram milik @explorekudus, kami tertarik dengan salah satu foto air terjun yang berada di kawasan Muria. Tepatnya di Desa Kuwukan, Dawe, Kudus. Di caption foto tersebut bertuliskan Air Terjun Kuwukan. Sesegera mungkin saya mngirimkan pesan singkat ke akun instagram milik salah satu igers yang berkomentar bahwa lokasi air terjun tersebut dekat dengan rumahnya. Tik tuk, tik tuk, tik tuk, suara gerak jarum jam mengiringi kami yang menunggu balasan dari dia.Waktu terus berjalan dan hari semakin siang. Kami masih menunggu jawaban dari orang tersebut. Tak lama kemudian handpone pun bergetar. Bersyukur langsung di respon oleh orang tersebut. Dia memberi petunjuk arah menuju air terjun itu dengan rute sebagai berikut.
Dari Kota menuju ke daerah Dawe, dilanjutakan arah ke Colo, Muria. Sebelum Bank BRI Colo ada pertigaan yang berbelok ke kanan dan dilanjutkan dengan mengikuti papan penunjuk arah.
Tanpa berfikir panjang, kami pun bersiap menuju ke lokasi. Ditemani Bagus, saya berangkat menggunakan motor dengan laju kendaraan rata-rata 70 km/h (Nggak kenceng lah ya). Sampai di kawasan Dawe Kudus, jalan mulai menanjak dan sempit. Harus sangat hati-hati ketika berpapasan dengan kendaraan yang lebih besar, terutama bus pariwisata. Duh miris banget kalau melihat bus pariwisata saling berpapasan di jalan ini. Dua puluh menit berlalu sampailah kami di pertigaan yang bertuliskan "Air Terjun Watu Gompeng" dengan tanda panah mengarah ke air terjun tersebut. Sejenak berfikir, ternyata nama air terjun tersebut bukanlah air terjun Kuwukan melainkan air terjun Watu Gompeng. Kuwukan merupakan nama Desa tempat air terjun tersebut berada. So, yang di instagram berarti kurang akurat informasinya hehehe.
Dari pertigaan itu, jalanan mulai menurun dan berkelok-kelok. Lebih sempit dari jalan yang sebelumnya, kira-kira seukuran jalanan pedesaan. Jika kalian ke sini, saya sarankan untuk tidak menggunakan mobil. Kami mengikuti petunjuk arah seperti yang ada di pertigaan awal. Turunan semakin tajam dan curam. Laju kendaraanpun kami pelankan untuk mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah berputar-putar dengan jalan berkelok-kelok kira-kira lima belas menit dari pertigaan awal, sampailah kami di tempat parkir halaman rumah warga. Lokasi parkir di sini berada di halaman rumah warga. Ada sekitar lima halaman rumah warga yang dijadikan sebagai tempat parkir.
Tempat wisata memang memberikan efek positif perekonomian warga setempat. Tak salah jika warga setempat memanfaatkan halamannya sebagai tempat parkir. dengan begitu mereka mendapatkan pemasukan tambahan melalui halaman rumahnya yang dijadikan sebagai tempat parkir. Dan ini juga bermanfaat bagi wisatawan. Karena dengan bantuan warga menyediakan lahan parkir, wisatawan akan merasa lebih aman.
Kami harus berjalan kaki sekitar sepuluh menit lagi untuk sampai di lokasi air terjun Watu Gompeng. Cukup menyenangkan karena melewati kebun durian disambung dengan kebun tebu, dan persawahan warga. Sebenarnya sih berharap banget durian yang menggantung di pohon tersebut jatuh biar bisa di makan di air terjun Watu Gompeng. Tapi pemiliknya sangat pintar, durian itu di ikat satu persatu dengan tali sehingga tidak bisa jatuh (emot manyun). Dengan pasrah kami hanya bisa ngiler ngeliat durian-durian itu bergelantungan. Setelah itu menuruni tebing batu menggunakan seutas tali sebagai pegangan yang dikaitkan dengan pohon untuk menantisipasi jatuhnya korban. Dengan hati-hati kami berhasil melewatinya. Lanjut melewati jalan tanah yang licin hingga akhirnya sampailah kami di air terjun Watu Gompeng dengan menghela nafas dalam-dalam. Hah sampai juga :)
Airnya terlihat mengucur dengan deras. Debit air cukup banyak dan terdapat kubangan air yang lebar, sehingga muat untuk orang banyak saat bermain air. Waktu itu airnya berwarna sedikit kecoklatan yang mungkin dikarenakan Kubangan air yang dangkal dan beralas tanah. Kalau orang jawa bilang "banyune butek" Selain itu, ada batu-batu besar yang berada di samping kanan air terjun ini. Yang mana batu-batu itu biasanya di pakai oleh alayers untuk berselfie ria. Jujur, batu tersebut memang sangat membantu untuk pngambilan gambar ataupun brselfie ria. Sayapun memanfaatkan batu tersebut untuk mengambil gambar. Tapi saya pas foto nggak alay kok, lihat saja hehehe.
Air terjun Watu Gompeng berpotensi sebagai salah satu tempat wisata yang ada di Kudus, akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya sampah. Sampah memang seringkali menjadi sesuatu yang tak tertinggal di sebuah tempat wisata. Ada baiknya jika kita tetap menjaga kebersihan tempat wisata, baik wisata alam maupun buatan. Seperti halnya di air terjun Watu gompeng ini. Di sini masih terlihat sisa-sisa potongan pohon dan beberapa ranting bekas gergajian yang mengendap di pojokan saluran aliran air dari air terjun ini. Harapanya lokasi ini bisa bersih dari sampah dan jauh dari tangan-tangan jahil yang suka melukis di dinding batu. Saat kami ke sana, memang belum ada tulisan-tulisan tangan jahil yang mengotori dinding batu. Tapi entah satu atau dua tahun lagi. Semoga tetap terjaga kealamiannya. Mari wisata ke Kudus dan buanglah sampah pada tempatnya. Selamat berwisata :)