Candi Cetho, Karanganyar, Jawa Tengah. Tujuan ke-dua Liburan Tahun Baru 2015

Januari 31, 2015


Opo Kek Blog - Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lebih, kami harus melanjutkan perjalanan wisata selanjutnya. Matahari yang masih bersembunyi di balik awan gelap sepertinya malu menunjukkan sinarnya. Kami segera melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang kedua (Candi Cetho) setelah puas menikmati sejuknya udara di Kebun Teh Kemuning. Suasana semakin mendung dan sepertinya awan akan mengucurkan butiran air yang digenggamnya. Motor baru saja melangkah sekitar 1 km, hujan mulai turun membasahi area perkebunan teh yang terlihat semakin segar dan hijau. Beruntung hujan tak berlangsung lama. Jalanan yang menanjak tinggi terlihat licin dan menakutkan. Beberapa kali Aji yang membonceng di belakang saya menyarankan untuk tetap waspada dan hati-hati dalam berkendara. Saya-pun meyakinkannya untuk tidak terlalu khawatir.


Jalan menuju ke Candi Cetho memang lebih ekstrim dibandingkan jalanan sebelumnya. Ini benar-benar membuat saya harus ekstra hati-hati sepanjang perjalanan menuju Candi Cetho. Sebelumnya, Arya sudah memberikan informasi tentang jalanan yang ada di sini. Saya sedikit mengabaikannya karena saya fikir tak ada jalan yang lebih ekstrim selain jalan arah basecamp Merbabu. Dugaan saya salah. Jalan yang mengarah ke Candi cetho ternyata lebih ekstrim dibandingkan basecam Merbabu. Alhamdulillah motor saya masih mampu merangkak naik hingga lokasi parkir Candi cetho. Ada kalanya saat melewati jalanan yang berkelok-kelok serasa seperti di area balap, sedikit membuat hati nyaman dan senang.



Kurang dari 30 menit kami berkendara, sampailah di pelataran parkir motor Candi cetho. Candi Cetho berada di dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa tengah. Eits jangan asal nyelonong, bayar tiket dulu sebelum masuk ke lokasi Candi Cetho. Tiket masuk Candi Cetho sangat murah, hanya Rp. 3.000,- /orang. Lebih murah daripada harga es krim yang dijual di supermarket.



Tiket sudah ditangan, kami digiring ke seberang jalan oleh penjaga. Saya fikir mau diapain gitu (Ambo takuuuut, lebay). Bagi wisatawan yang ingin memasuki Candi Cetho diwajibkan memakai kain kampuh ( kain batik corak kotak hitam-putih ataupun kain tali berwarna kuning emas) sebagai rasa hormat pengunjung kepada tempat ibadah agama Hindu itu.


Kami berempat lanjut menaiki tangga menuju candi. Setelah tangga pertama terdapat patung yang menyerupai manusia. Rasa ingin berfoto tak terbendung lagi. Narsis dulu cuy, ok.



Lanjut lagi, dari gapura pertama terlihat taman rumput hijau agak kekuningan serta gapura berundak dan pagar batu yang membentang menghalangi bangunan-bangunan yang ada di kawasan Candi Cetho. Cuaca saat itu mendung dan berkabut. Hawa dingin dan sejuk serta angin yang cukup kencang mengiringi kunjungan kami. Tempat ini begitu indah, mengingatkan saya tentang cerita kera sakti yang mempunyai pondok-pondok yang nirip dengan di kawasan Candi Cetho.




Kita naik lagi hingga teras ke tiga. Di sini terdapat beberapa relief yang dipagari rantai sebagai batas pengunjung. Pengunjung dilarang menginjak atau memasuki area yang dipagari rantai tersebut agar relief tetap terjaga dan tidak rusak.




Saya masih penasaran dengan candi yang berada disini. Sejak saya mulai menapakkan kaki di kawasan Candi Cetho hingga di teras ke tiga, bentuk Candi Cetho belum terlihat. Langkah kaki tak terhenti hingga di lokasi yang terdapat beberapa pondok-pondok kecil. Kami beristirahat sejenak sambil berfoto di lokasi ini. Gerimis mulai turun dibarengi kabut tebal, kami-pun berteduh di teras pondok kecil tersebut untuk menghindari gerimis.




Beruntung gerimis tak berlangsung lama. Naik lagi hingga menemukan bentuk batu persegi yang bertumpuk rapi dan besar. Sejenak berfikir, apa ini yang dinamakan Candi Cetho? Karena penasaran, sayapun menanyakan ke Arya tentang bangunan ini. Arya-pun menjawab bahwa inilah yang dinamakan Candi Cetho. Bentuknya yang persegi, atasnya tumpul dan berteras yang menjadikan candi ini berbeda dengan candi-candi lainnya. Keunikan Candi Cetho terlihat dari bentuk seni bangunan yang berteras seperti punden berundak. Selain itu, bentuk arca-arcanya masih sederhana dan belum menunjukkan ciri kedewaan.



Kami tak berlama-lama disini, kabut tebal kembali menyelimuti kawasan Candi Cetho. Saat turun, Arya mengajak kami ke Puri Saraswati yang berada di atas Candi cetho. Kami harus membayar tiket masuk Rp. 1.500,- /orang. Di sini terdapat patung Dewi Saraswati dengan memegang alat musik seperti biola. Patung ini terlihat cantik dan menawan. Kami harus mematuhi aturan-aturan yang ada di sini. Salah satunya dengan cara melepaskan alas kaki karena sudah peraturannya seperti itu. Menurut informasi yang saya ketahui, Patung Saraswati ini didatangkan dari Bali. Tak hanya patung Dewi Saraswati, di sini juga terdapat  pemandian air suci yang mempunyai keistimewaan dan mitos-mitos. Ada juga pondok kecil yang mempunyai atap bertingkat tiga.






Kami kembali ke parkiran dan melanjutkan perjalanan wisata di hari pertama ini. Tujuan ke tiga di hari pertama liburan tahun baru 2015 ini adalah Candi sukuh. Mau tahu ceritanya? Ikuti terus perjalanan kami selanjutnya :)


To be continued...

You Might Also Like

30 komentar

  1. Lha Candi Kethek nggak disamperin sekalian?

    BalasHapus
  2. Baru tahu loh ada keharusan baru kudu pake sarung kotak pas masuk Cetho, dulu nggak ada hehe...
    Iyaa nih nanggung nggak ke Candi Kethek, nggak jauh dari Saraswati en lebih kuno loh candinya :-)

    BalasHapus
  3. Berapa jam klo perjalanan dari Solo ke Candi Cetho ini dengan angkutan umum

    BalasHapus
  4. Saya tidak tahu kalau ada candi ketek di sana bro jadi tidak mampir ke sana

    BalasHapus
  5. Baru tahu ya? Aku juga hihihihihi
    tidak tahu kalau di sana ada candi ketek bro

    BalasHapus
  6. Setahu saya tidak ada angkutan ke Candi Cetho kak. Kalau dari Solo sampai Tawangmangu ada. Jika ditempuh menggunakan kendaraan pribadi sekitar 1,5 sampe 2 jam tergantung kecepatan kendaraan yang dipakai.

    BalasHapus
  7. Heem banget ramenya. Apalagi pas liburan tahun baru :)

    BalasHapus
  8. Yupz. Betul kak.. Coba aja di datengi.. :)

    BalasHapus
  9. tiga kali kesana dan tiga kali pula mobil melorot..

    BalasHapus
  10. Haha.... Cari supir yang lebih handal kak biar nggak melorot lagi. hihihihihihi

    BalasHapus
  11. Wah kurang handal tuh... Enakan pakai motor kalau jalanan seperti itu hihihihih

    BalasHapus
  12. Waaah bisa jadi referensi nih hehehe. Terimakasih Infonya

    BalasHapus
  13. Waaah, cetho tenan kalau ini candinya mas
    Cetho-cetho candi, hho

    BalasHapus
  14. Hahaha :D Iya mas. Terima kasih sudah mampir ke blog saya

    BalasHapus
  15. suka.
    foto-fotonya bagus. terima kasih infonya. Semoga makin bermanfaat :)

    BalasHapus
  16. Bro kalo dari purwodadi (grobogan) ke situ enaknya lwt rute mna ya? Jarak tmpuh kira2 brp jam? Mksh

    BalasHapus
  17. Lewat sragen saja lebih cepat. Jadi lewatnya Purwodadi-Sragen-Karanganyar-Tawangmangu Kalau jarak tempuhnya kurang begitu pahama Mas Alim. Tapi itu jalur paling dekat.

    BalasHapus
  18. Bisa di lalui bus gga ya jalan menuju ke sana??

    BalasHapus
  19. Kalau Bus nggak bisa kak, bisanya pake mobil sutle atau mobil pribadi. Jalannya sempit dan tajem banget.

    BalasHapus
  20. Itu kalo sama candi sukuh beda gga ya kak?? Soalnya awal tahun mau ada rencana kesana..

    BalasHapus
  21. bagus banget obyeknya..... Pingin ke sana dehh

    BalasHapus
  22. kalo kesana pakai micro bus sejenis Travelo/pregio gitu bisa kah jalannyaa

    www.duniatraveling.co.id

    BalasHapus
  23. Bisa kak, tapi usahakan supirnya yang bener-bener handal untuk tanjakan dan turunan tajam. Temenku beberapa kali ke sana pakai mobil pribadi, mlorot terus karena kurang begitu pakem untuk kontur jalan yang menanjak tajam.

    BalasHapus