Gerimis kembali mengguyur kawasan Air Terjun Dung Paso saat kami bertolak menuju Air Terjun Sumenep. Berjalan pelan melewati tanah gembur nan liat bak di ladang sawah saat musim tanam padi. Sekelompok anak muda yang beranjak meninggalkan Air Terjun Dung Paso terlihat menenteng alas kakinya agar tidak memperberat perjalanan. Kakipun sudah penuh dengan tanah hingga tak terlihat bentuk dan rupanya. Berharap segera berakhir penderitaan ini *usap air mata.
Tiga puluh menit sudah kami melewati tanah gembur dan liat, akhirnya sapailah di penghujng jalan. Lega rasanya ketika sudah keluar dari jalan setapak yang penuh dengan tanah gembur dan liat. Beberapa gerombolan muda-mudi terlihat sedang beristirahat sambil membahas tentang jalan yang baru selesai dilewati. Sesekali mereka tertawa, saling mengejek melihat kaki teman-teman mereka yang tertutupi tanah yang liat. Sementara mereka bergurau, kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terun Sumenep dengan berjalan kaki. Cukup dekat kok lokasinya, jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Eits, tapi jangan anggap remeh ya walaupun dekat. Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di Air Terjun Sumenep, itupun kalau dari tempat parkir ya :) Jika ditempuh dari lokasi Air Terjun Dung Paso, kira-kira skitar 60 menit. Cukup dekat lah ya hehehe. Kaki masih terselimuti oleh tanah, kami membersihkannya menggunakan air kubangan bekas guyuran hujan. Hanya dengan air sisa hujan, kami bisa membersihkan kaki yang mulus ini.
Gerimis mulai reda, kekhawatiranpun sedikit mereda pula. Namun harus tetap waspada karena mendung masih mnutupi birunya cinta langit. Berharap hujan tak kembali mengguyur kawasan air terjun ini. Kami melewati jalan setapak yang cukup licin namun padat sehingga tidak membuat perjalanan menuju Air Terjun Sumenep terhambat. Naik turun melewati jalan setapak yang licin di dalam hutan macan mati hingga akhirnya sampai di sebuah persawahan dan lahan kosong yang sepertinya memang sengaja dibiarkan oleh pemiliknya. Suara guyuran air deras sudah terdengar jelas ditelinga, pertanda Air Terjun Sumenep sudah dekat. Sebenarnya, jika kita memperhatikan dengan seksama, Air Terjun Sumenep sudah terlihat dari atas jalan setapak.
Air Terjun Sumenep terdiri dari tiga tingkat dengan ketinggian tebing yang berbeda-beda. Waktu itu, kami sampai di Air Terjun Sumenep sudah terlalu sore dan mendung cukup gelap, sehingga kami tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju ke Air Terjun Sumenep tingkat pertama dan ke dua. Alirannya cukup deras dengan dinding tebing yang lebar membuat air terjun ini terlihat bagus. Bahkan berbeda jauh dengan Air Terjun Dung Paso yang dindingnya cukup sempit. Minusnya, di sini tidak ada kubangan air yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk nyemplung atau bermain air. Berbeda dengan Air Terjun Dung Paso yang memiliki kubangan atau kolam air yang cukup luas, sehingga bisa dimanfaatkan pengunjung untuk berenang dan bermain air. Entah kalau di tingkat pertama dan ke dua. Sebetulnya, saya sendiri sangat penasaran dengan lokasi air terjun tingkat pertama dan ke dua, namun waktu yang belum mengijinkan saya untuk melihatnya. Mungkin lain waktu saya bisa kembali ke sini untuk meikmati Air Terjun Sumenep tingkat pertama dan ke dua. Semoga.
Langit semakin gelap seakan memberi peringatan kepada kami bahwasannya akan turun hujan. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Lokasi Air Terjun Sumenep pun mulai sepi. Satu, dua orang mulai meninggalkan lokasi. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali dengan harapan semoga para pengunjung tidak mengotori tempat ini dengan sampah.