Sinar matahari menembus genteng kaca yang masuk ke dalam ruang tidur saya, menandakan hari semakin siang. Saya masih tergeletak malas di atas kasur ditemani guling yang masih hangat dan nyaman dalam pelukan. Rasanya enggan beranjak dari tempat tidur. Sesekali mata terpejam kembali, sambil menunggu
"Yas, di sini mendung gelap, di tempatmu gimana?" Tanya Mario
"Di sini terang benderang Cung, jadi ke Kedung Gender nggak?" Jawabku
"Sek,sek, kalau nggak hujan aku otewe, kalau hujan ditunda aja" Jawab Mario
"Ok" Pungkasku
Ponsel kembali saya letakkan di atas meja dan saya melanjutkan berpelukan dengan guling yang daritadi pagi menemani saya tidur. Sekitar satu jam berlalu, tiba-tiba Mario sudah ada di kamar dan membangunkanku. Saya masih bermalas-malasan, rasanya nggak ingin beranjak dari tempat tidur. Mario duduk, dan memberitahu Bonita (temen muncak) bahwa dia akan ke Kedung Gender. Bonita-pun kepincut juga untuk ikutan, namun dia akan menyusul ke lokasi nanti setelah kondangan. Sebelum Mario berangkat ke Kudus, saya mengajak Ipul untuk kembali menikmati alam di Air Terjun Kedung Gender biar nantinya bisa ramai-ramai bermain air di sana. Ipul yang awalnya tidak ikut, akhirnya dia ikut dengan Aan.
***
Ini adalah kali kedua saya menikmati alam di Air Terjun Kedung Gender Kudus. Yang pertama, secara tidak sengaja saat bertemu salah satu teman (Mas Kholis) di salah satu acara dan dia mengajak saya serta Ipul untuk datang ke rumahnya yang berada di kawasan Muria. Yang mana rumahnya itu berada satu kawasan dengan Air Terjun Kedung Gender dan diapun menjanjikan akan mengajak kami berdua ke sana. Tak perlu ragu, kami berduapun meng-iyakan ajakan tersebut. Sebelumnya kabar tentang keberadaan Air Terjun Kedung Gender semakin booming setelah di upload ke sosial media. Awalnya, saya juga tidak begitu paham tentang air terjun ini yang semakin hari, semakin diperbincangkan di sosial media oleh anak-anak Kudus. Akhir-akhir ini banyak pula yang meng-upload foto mereka di Instagram dengan background Air Terjun Kedung Gender.
Kali ini saya diajak oleh Mario yang tergiur setelah melihat foto Air Terjun Kedung Gender yang saya upload di Instagram. Diapun penasaran, seperti apa Air Terjun Kedung Gender itu. Saya menjelaskan secara detail tentang air terjun itu dan diapun semakin penasaran. Ujung-ujungnya dia meminta saya untuk mengantarkannya ke air terjun tersebut. Sebagai warga Kudus yang baik dan budiman #cie elaaaaah, sayapun mengantarkannya. Ipul yang awalnya saya ajak untuk ikut serta, namun dia ragu. Alasannya tidak ada teman yang bisa buat boncengan. Memang benar si, masa iya dia sendirian, kan jadi mati gaya di jalanan. Truk saja gandengan, masa dia enggak hehehe #ditampol sendal. Dan akhirnya ada salah satu temannya yang ingin ikut juga, Aan Namanya.
***
Minggu pertengahan Desember 2016 lalu, kami ber-empat berangkat dengan memilih jalur atas (Desa Japan). Untuk menuju Air Terjun Kedung Gender, ada dua jalur yang bisa dilalui. Jalur atas melewati Desa Japan dan jalur bawah melewati Desa Dukuhwaringin. Nah itu semua balik ke pribadi masing-masing, mau memilih gadis jalur atas atau janda jalur bawah. Papan penunjuk arahpun sudah terpasang rapi, jadi, tak perlu lagi takut nyasar.
Air Terjun Kedung Gender merupakan salah satu Air Terjun yang berada di kawasan Muria, Kudus. Tepatnya berada di Desa Dukuhwaringin, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Menurut informasi yang saya dapatkan, ketinggian Air Terjun Kedung Gender sekitar 15 meter. Selain itu, kedalaman kolam air kira-kira mencapai 1,6 meter. Air Terjun Kedung Gender secara resmi di buka untuk wisata pada bulan Agustus 2016 lalu. Sebelumnya memang tidak banyak orang yang mengetahui tentang air terjun ini. Semenjak di upload oleh warga setempat di sosial media, Air Terjun Kedung Gender mulai dikunjungi wisatawan lokal.
Sebenarnya setelah kunjungan saya yang pertama, saya tidak begitu hafal jalan yang telah dilalui. Dikarenakan saat berangkat, mampir dulu ke rumah Mas Kholis (teman yang bertemu saat acara) di Desa Japan dan pulangnya saya melalui jalur yang berbeda. Nah, yang kedua ini saya meraba-raba paha jalan menuju air terjun dengan memilih jalur atas. Berbekal papan penunjuk arah dan mengingat-ingat saat pertama kali ke sini, sampailah kami di lahan belakang rumah warga yang dijadikan sebagai lahan parkir dan merupakan titik awal kami untuk berjalan kaki menuju Air Terjun Kedung Gender.
Berikut jalur yang kami lalui : Dari pos pangkalan ojek Muria belok kanan arah Desa Japan, hingga sampai di sebuah pertigaan yang menurun dan menanjak. Nah di sini merupakan titik awal perbedaan jalur, antara jalur atas dan jalur bawah di mulai. Jika memilih jalur bawah, bisa mengikuti penunjuk arah yang di sediakan di pertigaan ini dengan memilih jalan yang menurun. Namun jika memilih jalur atas, bisa memilih jalan yang menanjak. Karena jalan yang kami pilih adalah jalur atas, kami mengikuti jalan yang menanjak hingga sampai di jembatan yang terdapat pertigaan dan papan penunjuk arah di sebelahnya. Ambil kanan, ikuti jalannya dan perhatikan papan penunjuk arah lagi. Setelah sampai di pertigaan yang menurun, ambil kanan, jalanan menurun tajam. Berhati-hati jika sampai di sini karena memang turunan sangat tajam. Ikuti jalannya hingga bertemu masjid kanan jalan. Ambil kanan, di sebelah selatan masjid terdapat gang kecil masuk lahan rumah warga. Disitulah tempat parkir kendaraan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jika bingung, bisa memilih tempat parkir sebelah utara masjid.
Jalan setapak yang kami lalui cukup pendek. Hanya sekitar 10 menit, sampailah di Air Terjun Kedung Gender. Udara yang sejuk sudah terasa saat sampai di warung-warung yang telah disediakan warga. Warung-warung ini berdiri di bawah rindangnya pohon bambu. Ada beberapa menu yang disajikan diantaranya adalah mie instan, gorengan fresh from the wajan sehingga masih hangat saat dimakan. Aneka minuman hangatpun tersedia di warung ini.
Guyuran Air Terjun Kedung Gender menghipnotis kami semua untuk segera menceburkan diri ke kolam air yang ada di dasar air terjun. Namun kami tahan dulu karena ada salah satu teman cewek yang ingin menyusul ke sini. Sambil menunggu, saya membasuh muka, merasakan segarnya air di sini. Sedangkan, Mario, Ipul dan Aan, berfoto dengan background Air Terjun Kedung Gender. Mereka terlihat antusias dan senang berada di sini. Rasanya tak sia-sia mengajak mereka ke sini. Jujur saja, di sini memang terasa sangat dingin sekali dibandingkan air terjun lain yang berada di kawasan Kudus. Tapi saya yakin, setiap tempat memiliki keunikan tersendiri. Di Kudus sendiri ada sekitar empat air terjun termasuk Air Terjun Kedung Gender ini. Sedangkan yang lain adalah Air Terjun Monthel, Air Terjun Kalibanteng dan Air Terjun Watu Gompeng. Saya merasa senang saat melihat kawasan air terjun ini bebas dari sampah yang berserakan. Semoga benar-benar terjaga sampai kapanpun. Kantong-kantong sampah yang terbuat dari karung plastik sudah disediakan oleh pengelola setempat agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan dan alam di kawasan Air Terjun Kedung Gender-pun terjaga ke-alamiannya. Oh ya, satu hal yang menarik di sini, adanya jembatan cinta yang dibuat oleh pengelola sedemikian rupa hingga menarik perhatian pengunjung. Seringkali pengunjung berfoto ria di jembatan ini. Jembatan ini yang akan menghubungkan jalur bawah menuju ke Air Terjun Kedung Gender.
Sekitar 30 menit di Air Terjun Kedung Gender, Bonita yang sedari tadi kami tunggu pun menelfon, meminta saya untuk menjeputnya di terminal wisata Colo, Muria. Dia bersama salah satu temannya yang juga kepincut menikmati alam di Air Terjun Kedung Gender. Dan setelah sampai, kami semua segera menceburkan diri menikmati dinginnya Air Terjun Kedung Gender ini. Airnya memang sangat dingin sekali hingga membuat Aan dan Ipul menggigil kedinginan. Guyuran airnyapun sangat deras sehingga menambah semangat kami untuk bermain air di sini. Cukup lama di sini, akhirnya kami kembali ke tempat parkir dan dilanjutkan dengan ngopi bareng di tempat parkir. Kebetulan, tempat parkirnyapun ada warung dadakan yang meyediakan kopi hangat. Rasanya nikmat ngopi di tempat yang udaranya masih alami dan sejuk. Ah, rasanya ingin kembali lagi ke sana dan menikmati kopi Muria.
Saat bercanda dan ngobrol dengan Ibu warung, kami di tunjukkan bahwa di sini ada dua air terjun lagi yang bisa di kunjungi. Kedung Gerimis dan Kedung Paso. Menurut Ibu tersebut, dua air terjun ini jarang banget didatangi pengunjung. Rata-rata mereka memilih Air Terjun Kedung Gender. Ah, tidak ada salahnya kami mencoba untuk ke sana.
Ceritanya, ada di postingan selanjutnya, klik di sini