Jelajah Batealit : Air Terjun Dung Paso

Februari 26, 2016

Hujan mengguyur kawasan hutan pinus, Setro, Batealit, Jepara. Sesaat setelah kaki ini mulai melangkah beberapa meter dari tempat parkir. Kami lupa membawa jas hujan waktu itu, hanya bisa pasrah jika memang tubuh ini dibasahi air hujan. Terdengar seseorang memanggil kami dari arah kebun singkong yang berada di seberang jalan. Kami menengok ke arah kebun tersebut, terlihat seseorang melambaikan tangannya  seraya memanggil kami.

"Mas ngiup sek mas, udan. Mrene lo. (Mas neduh dulu mas, hujan. Sini lo)" ucap mas-mas di gubug itu.

"njih mas. (iya mas)" Ucap saya sambil berjalan mengarah ke gubug tersebut.

Kami pun berkenalan. Tanya jawab tentang air terjun Dung Paso dan air terjun Sumenep pun berlangsung menyenangkan. Awalnya kami hanya bertiga di gubug itu, menjadi berempat setelah ada teman dari mas-mas itu datang untuk ikut berteduh. Ada beberapa hal yang baru saya ketahui dari pembicaraan kami di gubug itu. Tentang jumlah air terjun, saran dan cerita korban yang meninggal akibat bunuh diri serta tersambar petir karena berselfie ria tanpa menghiraukan cuaca. Lima belas menit berlalu, hujanpun reda dengan cuaca yang masih mendung. Saya melihat jam yang ada di pergelangan tangan, jarum jam menunjukkan pukul 12.30 WIB. Itu artinya hari sudah semakin siang dan saya harus segera menuju ke air terjun tersebut. Dalam hati berharap bisa menikmati dua air terjun sekaligus dalam sehari. Dengan suasana mendung, kami berjalan menuju air terjun Dongpaso terlebih dahulu karena jaraknya lebih jauh dari air terjun Sumenep (menurut mas yang ada di gubug).

***

Awalnya kami tidak tahu arah menuju ke air terjun di kawasan Batealit Jepara ini. Hanya modal nekat Dengan panduan GPS kami menuju daerah Batealit Jepara. Jalur yang kami lalui adalah

Kudus-Mayong-Terminal pecangaan belok kanan-mengikuti papan penunjuk arah Batealit.

Memasuki Batealit, kami masih lurus hingga di sebuah perkampungan dengan jalan yang mulai keropos terkena abrasi air hujan. Saat itu mulai bingung harus mengarah ke mana. Berbalik atau lurus mengikuti jalan. Kami bertanya kepada bapak penggembala sapi yang ada di kebun seberang jalan.

"Nuwun pak, Nderek langkung. Nek ajeng teng air terjun Dung Paso niku arahe pundi njih (Maaf pak mau tanya, kalau mau ke arah air terjun Dung Paso itu ke mana ya)" tanya saya dengan bahasa lokal.

"Niki mas, njenengan lurus mawon ngantos pinusan. (Ini mas, kamu nanti lurus saja sampai hutan pinus)" Jawab bapak tersebut sambil meunjukkan arah jalannya.

"Suwun njih pak. (Terima kasih ya pak)"

"njih mas, sami-sami.(iya mas sama-sama)"

Kami lanjutkan perjalanan sesuai dengan arahan dari Bapak penggembala. Namun kami berhenti sejenak setelah sampai di ujung jalan beraspal dan berganti jalan berbatu. Saya dan Bagus saling bertatap muka dan terdiam. Di sekitar terlihat banyak orang yang siap menuju ke air terjun Dung Paso maupun Sumenep dan mereka memarkirkan kendaraannya di ujung jalan ini, di halaman rumah warga. Penasaran, sayapun bertanya kepada tukang parkir di sini.

"Pak niki leres radosan arah air terjun Dung Paso? (Pak ini benar jalan arah ke air terjun Dung Paso)" Tanya saya.

"Njih mas leres, niki sampun katah sanget ingkang parkir teng mriki. (Iya mas benar, ini sudah banyak banget yang parkir di sini.). Jawab tukang parkir itu dengan ramah.

"Saged parkir teng inggil nopo mboten pak? (Bisa parkir di atas apa tidak pak)" Tanya saya lagi.

"Saged mas. Tak saranke nanjak mawon, mangke parkir teng nginggil, teng pinusan. Njenengan pas motore, motor cowok. (Bisa mas. Tak sarankan naik saja, nanti parkir di atas, di hutan pinus. Kebetulan motormu pas motor cowok)" Saran bapak tukang parkir.

Obrolan pun saya akhiri dengan ucapan terima kasih. Kami memilih saran bapak itu untuk naik dan memarkirkan motor di kawasan hutan pinus Setro. Dengan berhati-hati kami melaju menuju hutan pinus tersebut. Setelah beberapa kilometer sampailah di hutan pinus, Setro. Mendung dan hembusan angin dingin mulai terasa di kawasan hutan pinus, berharap tidak ada hujan pada hari itu. Namun, Tuhan berkehendak lain, hujanpun turun. Beruntunglah saat itu ada gubug di ladang singkong dan mas-mas setempat yang menyarankan kami untuk berteduh di gubug itu.

***

Sekitar tiga puluh menit lebih kami berjalan kaki dari gubug itu hingga akhirnya sampailah di air terjun Dung Paso. Kondisi jalan yang memprihatinkan membuat perjalanan kami semakin melambat. Jalanan yang awalnya berbatu dan lebar, berubah menjadi jalan setapak yang sempit berupa tanah gunung yang becek dan liat. Pemandangan alam sekitar menjadi obat penawar atas jalan yang becek dan liat ini. Hujan kembali mengguyur kawasan ini saat kami melintas di jalan setapak menuju air terjun. Alhasil jalananpun semakin tak nyaman untuk dilewati. Namun tak mengurangi semangat pengunjung untuk berwisata air di air terjun Dung Paso. Buktinya, banyak pengunjung yang datang saat itu walaupun kondisi jalanan yang licin dan liat. Beberapa pengunjung ada yng menggunakan daun pisang untuk menghalau air hujan.

Sampai di sana, terlihat beberapa pengunjung yang sedang mandi di sungai (atas) aliran air terjun Dung Paso. Debit air cukup banyak dan alirannya tidak terlalu deras, sehingga aman untuk mandi dan bermain air di sana. Clingak-clinguk, sejauh mata memandang, tak sedikitpun terlihat air terjun di sini. Hanya ada sungai yang penuh dengan pengunjung. Kami mencoba untuk turun ke bawah. Dan memang benar, lokasi air terjun Dung Paso berada di bawah aliran sungai. Kami pun harus turun agar bisa menikmati air terjun Dung Paso. Sedikit kesusahan saat menuruni dinding batu yang licin. Perlu hati-hati agar tidak terglincir ke bawah. Beberapa orang telah meninggalkan air terjun ini sehingga suasananya sepi.

Rasanya beruntung sekali waktu itu karena bakal bisa menikmati air terjun ini dengan puas. Bermain air seperti air terjun milik pribadi. Sayapun cepat-cepat melepas baju untuk nyebur ke kolam air terjun tersebut. Baru saja nyebur, terdengar suara pengunjung lain yang memanggil teman-temannya untuk segera ke air terjun ini. Seketika rasa nyaman dan senang pun hilang karena ulah mereka. Atraksi demi atraksi mereka lakukan, melompat dari atas tebing, bergelantungan ala tarzan menggunakan akar pohon yang melambai panjang dan menjatuhkan diri ke kolam air terjun tersebut. Sedikit terhibur dengan aksi-aksi ekstrim mereka. Jujur, lokasi di bawah lebih asyik dan nyaman untuk berenang daripada di sungai yang berada di atas tadi. Di sini kedalaman kolam mencapai 1,5 meter. Jadi, lebih nyaman untuk berenang dan bermain air. Keunikan dari air terjun Dung Paso adalah lokasinya yang berada di himpitan tebing batu, sehingga air terjun ini tersembunyi. Suasana semakin ramai dan banyak pengunjung yang turun ke air terjun Dung Paso. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan air terjun Dung Paso dan menuju ke air terjun Sumenep yang berada di satu kawasan namun berbeda arah.

Note :

*Jika kendaraan Anda memungkinkan melewati jalan berbatu, parkirlah di hutan pinus, jangan di perkampungan. Karena jarak antara perkampungan ke air terjun Sumenep atau Dung Paso sangatlah jauh. Kira-kira satu jam jika ditempuh dengan berjalan kaki.

*Jangan buang sampah di lokasi air terjun Dung Paso ya :)

*Tempat sampah belum tersedia di sana, akan lebih baik jika kita mengantongi sampah bungkus makanan yang kita bawa dan membuangnya saat menemukan tempat sampah di perkampungan.

*Jagalah kebersihan alam, agar tetap terjaga dengan baik.

*Jangan meninggalkan sesuatu kecuali JEJAK.

*Jangan mengambil apapun kecuali GAMBAR.

*Jangan membunuh siapapun kecuali WAKTU.

*Jadilah wisatawan yang baik dan bertanggung jawab :)

You Might Also Like

22 komentar

  1. Saya pikir, dengan medan yang cukup merepotkan, akan sepi. Tapi yo nyatane rame ya ahahaha. Seger basah-basahan di sana ya :)

    BalasHapus
  2. Memang paling malesin kalau lagi seru-serunya main air di tempat yang agak tenang, tiba-tiba 'kedatangan' tamu yang bikin gaduh ya Sir? Been there :-D

    BalasHapus
  3. Heem mas. Ya gimana lagi, wong emang tempat umum. Jadi ya lebih baik kita aja yang pergi dan cari tempat lain.

    BalasHapus
  4. Iya mas Rifqy. Mungkin dikarenakan mereka penasaran dengan air terjun Dongpaso (baru). Jepara akhir-akhir ini booming dengan banyaknya air terjun yang bermunculan. Ada sekitar 10 air terjun bahkan lebih, yang bermunculan mulai dari yang tinggi banget hingga yang standar.

    BalasHapus
  5. Monggo dicoba ke sana, biar bisa merasakan sensasi alam yang sebenarnya hehehe.

    BalasHapus
  6. Heem. Rasanya, Jepara jadi surganya air terjun hehehe

    BalasHapus
  7. Ternyata banyak koleksi air terjun di Kudus-Jepara yah. Jadi pingin eksplorasi semuanya deh :-)

    BalasHapus
  8. Jepara punya banyak banget air terjun Bang. Ada sekitar sepuluhan air terjun yang baru-baru ini bermunculan. Kalau di Kudus ada sekitar empat air terjun Bang. Ayok explore bareng hehehe.

    BalasHapus
  9. lompat dari tebing terus mak byurr..mesti kuwi seger banget mas

    BalasHapus
  10. Banget segernya mas. Lebih seru lagi sambil bergelantungan nyeburnya.

    BalasHapus
  11. airnya masih alami sekali itu kayaknya, segerrr buat di ceburin

    BalasHapus
  12. Iya, betul banget. Kolam airnya juga cukup luas dan dalam, jadi lebih nyaman untuk berenang dan bermain air di sana.

    BalasHapus
  13. Jadikalian main nya di gubug itu ???? #Absurd

    BalasHapus
  14. Mumpung timingnya pas om, jadi sekalian gitu wkwkwkkw #alahoposih

    BalasHapus
  15. Bolak balik kemari tapi ngak ada postingan baru #KaesangLelah

    BalasHapus
  16. Maap om, masih kesimpen dalam lubang buaya wkwkwkwk. Ditunggu saja boom postingannya hehehe.

    BalasHapus
  17. Blogmu mbok yo diupdate tho Sir ... aku nengokin belum ada yang baru nih hehe

    BalasHapus
  18. Ini sudah pasang kuda-kuda buat update hehehe. Menjelang puasa kegiatan organisasi menyerang Mas, jadi belum sempat nulis lagi. Semoga setelah ini bisa nulis banyak ya.. Amiin.

    BalasHapus
  19. Amiin amiin ditunggu ya :-)

    BalasHapus